Sabtu, 29 November 2014

Uang ku ditolak, malah aku disuruh pergi.

Uang ku ditolak, malah aku disuruh pergi.
Description: Narrow horizontalPagi itu setelah ngantar anak ke sekolah (jarak dari rumah ke sekolah anak sekitar 18 km), aku kembali pulang ke rumah. Di perempatan jalan aku mengambil jalur lambat, karena pagi itu lalu lintas agak ramai lagipula ada lampu lalu lintas. Setelah berbelok sedikit ke kiri karena pembatas jalan aku kemudian berbelok sedikit ke kanan kemudian lurus.
Dengan sedikit cuek tanpa bersalah aku mulai menancapkan gas motorku…. Eeee ternyata ada beberapa polisi dengan motor dan mobil sudah menunggu para pelanggar lalu lintas. Aku melihat seorang polisi menunjuk jari nya kepada ku, tapi aku pura-pura bertanya sambil menunjuk dada ku….. polisi itupun mengangguk dan menyuruh ku untuk ke tepi jalan…. Aku tahu apa salah ku… karena aku mengambil jalur lambat sekalian melanggar lampu lalu lintas yang sedang menyala merah.
Aku ke tepi, sementara polisi itu memberi hormat dan berkata : “selamat pagi pak! Bisa lihat surat-suratnya?” Aku meraba kantong celana, “busyet!” Aku lupa membawa dompet, dengan agak gugup aku ingat-ingat dimana aku taruh dompetku? Tiba-tiba aku ingat, aku membuka bagasi motor ku tapi gak ada dompet di dalamnya… aku acak-acak bagasi itu… ajaib atau kebetulan aku ketemu STNK dan juga SIMku ada di sana… Aku berikan kepada polisi… cepat sekali dia melihat SIM dan STNK tanpa membacanya karena itu kesan yang kulihat dari matanya, lalu berkata kepadaku; “bapak tahu apa salahnya?” Aku mengangguk sambil menyahut, “Ditilang aja pak!” Polisi itu berkata; “ikut saya”, aku kemudian mengikuti langkah kakinya, surat-surat ku dia serahkan kepada temannya, polisi yang lainnya. Aku lalu berkata kepada polisi itu, yang sekarang memegang surat-surat ku itu, “Ditilang aja pak!” Polisi itu menatap ku dan berkata, “pernah ditilang?” Jika bapak saya tilang, maka bapak akan ikut sidang” saya menjawab, “ya, tilang aja pak!” dia lalu berjalan ke arah mobil sembari berkata “mau dibantu?” saya bilang “mau pak, tapi aku gak bawa dompet” sambil aku meraba saku celana kiri, kanan dan belakang. Dia bertanya “lalu surat-surat ini ditaruh dimana? Dibawa dimana?” saya bilang kepadanya, “aku ambil dari bagasi”. Dia bertanya, “ada bawa uang berapa?” Kali ini aku memasukkan tanganku ke saku celana dan meraba terasa ada kertas di dalam, aku keluarkan ternyata satu lembar uang lima ribu rupiah. Aku berkata kepada polisi itu, “lima ribu pak” sambil aku sodorkan uang itu kepadanya. Polisi itu berkata, “ya sudah lain kali jangan melanggar lagi, ini surat-suratnya. Silahkan jalan” Uang lima ribu ku TIDAK diambilnya.

“Terima kasih pak”, kataku sambil melangkah ke arah motorku. Batin ku berkata, dia polisi yang baik.

Kamis, 24 April 2008

GEJOLAK BATIN

Sebuah KuMan (Kutipan Manis), yang saya maksud adalah suatu ide cemerlang dari ayah saya yang ingin saya bagikan kepada anda semua yang berkunjung ke bengkel gue ini. Sebab dalam hemat saya ide pemikirannya masih relevan untuk kita di era milenium baru ini, walaupun ini ditulis pada 42 tahun yang silam. Silahkan menyimaknya : ..........! ?

Sukarnapura, 2 Desember 1966
Kepada
Adik yang kekasih J. Kauntu sekeluarga
Di Tg. Priok

HARAP BERSAMA NYAMAN

Setelah mendengar cerita dari beberapa orang yang baru datang dari Jakarta mengenai situasi dan suasana ibu kota dan sekitarnya dewasa ini dimana dari sekian banyak cerita itu pada prinsipnya sama yaitu berpokok pada keadaan harga pasar yang sangat dirasakan mencekik leher dan tidak seimbang dengan pendapatan/gaji dll. Hingga kami berkesimpulan bahwa keadaan di Jakarta masih belum aman, ini nyata dengan masih berlakunya jam malam.
Kami berpendapat bahwa apa yang disebut “Orde Baru” tidak dapat mencapai tujuannya yang sebenarnya, bilamana oknum-oknum yang menyebut dirinya itu Orde Baru tidak atau mengesampingkan “KASIH”.

Kasih yang kami maksudkan ialah Kasih yang sejati; Kasih yang tidak membeda-bedakan teman, famili, suku, bangsa dan musuh sekalipun, Kasih yang diajarkan dan dituntut ALLAH dari tiap-tiap diri kita masing-masing.

Timbulnya G 30 S, bangsa Indonesia yang beragam seolah-olah sedang tidur nyenyak dan asyik dalam kesibukan masing-masing tanggungan dan pekerjaan yang tengah dan sedang di susun dan dilaksanakannya tersentak dan terjaga serta sadar. Dalam pada kesadaran kita akan bahaya setan, iblis, jin yang berbentuk manusia hendak membinasakan dan menghancurkan kita………. Apakah yang harus kita perbuat?....................... Baik marilah sebagai langkah pertama kita koreksi diri kita, koreksi dosa kita, keyakinan kita, koreksi iman percaya kita, koreksi pekerjaan-pekerjaan kita, apakah semua itu sejalan dengan Kasih yang diajarkan dan dituntut oleh ALLAH kepada kita……………...

Hendaknya G 30 S dipandang sebagai suatu cemeti dan rotan dari ALLAH agar supaya bangsa Indonesia yang sedang asyik dan tenggelam dalam teori dan praktek menurut jalan pikirannya masing-masing yang dianggapnya benar dan jujur yang menuju ke arah perdamaian dan kemakmuran terutama yang mengatakan dirinya penganut Orde Baru, balik memandang jauh ke belakang mengoreksi dan menyelidiki segala sesuatu yang telah ia buat dan lakukan apakah itu sejalan dan tidak menyimpang dari KASIH.

Dari sekian juta bangsa Indonesia kami kira jarang yang menjalankan/melakukan KASIH yang sejati. Oleh sebab itu kami berpendapat bukankah Orde Baru itu juga berasal dari Orde Lama? Jadi tidak salahlah bila orang yasng mengatakan dirinya Orde Baru itu juga mau mengakui ini serta mau mengoreksi dirinya sendiri termasuk saya dan adik karena dalam menjalankan Orde Baru ini agar tercapai tujuannya tentu tidak terkecuali dari unsur-unsur manapun atau bagaimana kecilnya juga, karena KASIH ALLAH tidak mengecualikan.

Tujuan dan maksud yang terkandung dalam Orde Baru bisa tercapai bukan nanti Pemerintahan dipimpin oleh sesuatu angkatan bersenjata yang kuat atau oleh seorang yang pintar saja tetapi harus pemimpin tersebut mempunyai landasan KASIH yang sebagaimana diajarkan oleh ALLAH melalui tiap agama. Damai yang abadi hanya dapat dicapai bila didasarkan pada KASIH yang sejati, di luar KASIH dunia tidak akan aman, tidak akan damai dan tidak akan makmur. kita sama-sama menyerahkan diri kita masing-masing dan bila ternyata ada kesalahan-kesalahan kita disengaja atau tidak disengaja pada waktu-waktu yang silam kita akui secara jujur serta berjanji dalam hati memulai dengan baris baru yaitu dengan berpedoman pada Orde Baru yang kita landaskan pada KASIH. Kiranya ALLAH menolong kita.

Keadaan di sini Sukarnapura khususnya sangat menyedihkan karena kebutuhan sehari-hari serba tidak ada, mungkin hal ini merupakan umum di Irian Barat.

Biarlah semua ini membawa kita dalam satu penyerahan bulat-bulat dan keyakinan kita sungguh-sungguh akan KASIH ALLAH kepada barangsiapa yang mengharapkannya. Kiranya ALLAH memberi kekuatan bagi kita agar kita dapat berdiri teguh di dalam menjalankan KASIH itu. Kiranya ALLAH menerangi mata hati kita agar semakin kita mengerti akan rahasia KASIH ALLAH itu. 

(D. Bulahari)

NB: Sukarnapura = Jayapura (sekarang)

Ternyata sejarah terulang kembali, fenomena mahalnya berbagai barang dan bahan kebutuhan pokok juga sedang kita alami di masa Orde Reformasi ini.
Dengan mengutip syair lagu Ebit: "Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita.."
Fenomena kemahalan dan pelbagai tragedi yang melanda bangsa ini bukan karena Orde Lama atau Orde Baru atau Orde Reformasi tetapi karena order-orderan.
Bagaimanakah kita menyikapi kondisi yang sangat tidak menguntungkan rakyat kecil ini ?
Dengan mengutip kata-kata ayah saya dalam surat di atas: "Sebagai langkah pertama kita koreksi diri kita"